LPKKI.id | Tren mobil listrik tidak hanya akan mengubah cara kita berkendara, tapi juga merombak peta bisnis otomotif. Sebab banyak hal baru yang dibawa mobil listrik.
Salah satu yang akan tergusur begitu mobil listrik datang adalah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Keberadaan SPBU akan digantikan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
Baca Juga:
Kesetaraan Gender, Porsi Pegawai Perempuan di PLN Hampir 20 Persen
Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril mengatakan kehadiran mobil listrik akan membuka peluang baru, salah satunya bisnis SPKLU. Prospek bisnis ini lumayan menggiurkan karena populasi mobil listrik akan terus tumbuh.
“Tren kendaraan listrik membuka ruang dan peluang investasi baru di sektor pendukung transportasi. PLN yang mendukung gaya hidup kekinian yang ramah lingkungan dengan penggunaan peralatan elektrik, mengajak para pelaku usaha memanfaatkan peluang ini,” kata Bob seperti dikutip dari Antara
Minat masyarakat terhadap mobil listrik nyatanya memang naik terus. Pada 2020 tercatat penjualan mobil listrik naik 46 persen. Sementara pada saat bersamaan penjualan mobil konvensional turun hingga 14 persen.
Baca Juga:
Tarif Listrik di Atas 3.000 VA Bakal Naik, Berapa Idealnya?
Riset juga menunjukkan minat masyarakat Indonesia terhadap kendaraan listrik berada di atas rata-rata keinginan warga negara lain di kawasan Asia Tenggara.
Berdasarkan roadmap yang disusun Kementerian ESDM, potensi jumlah kendaraan listrik di Indonesia pada 2030 mencapai 2,2 juta mobil listrik dan 13 juta motor dengan 31.859 unit SPKLU. Jumlah kendaraan listrik ini diharapkan bisa menekan impor BBM sekitar 6 juta kilo liter pada tahun tersebut
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia sebelumnya mengatakan Indonesia akan memproduksi mobil listrik paling lambat Mei 2022.
Bahlil menjelaskan produksi mobil listrik itu merupakan investasi Hyundai senilai 1,55 miliar dolar AS (setara Rp21 triliun) yang ditandatangani pada November 2019.
Meski pandemi Covid-19 melanda sejak 2020, namun perusahaan asal Korea Selatan itu mampu untuk tetap merealisasikan investasi mereka. [Tio]